Pakar Transportasi: Fatalitas Di Jalan Dapat Diminimalkan Dengan deteksi Dini Faktor Resikonya

Ada beberapa butir penting sebagai catatan awal terkait dengan peristiwa kecelakaan di Cibubur

Prof.Ir. Leksmono Suryo Putranto. MT.,P.hD.,IPM Pakar Transportasi Program Studi Teknik Sipil Universitas Tarumanagara / Ketua Dewan Pakar DPP. HIKATAMA

Mandiripos.com – Peristiwa tabarakan Lalu Lintas Jalan yang terjadi di Jalan Raya Alternatif Cibubur atau Transyogi, wilayah Bekasi, Jawa Barat, Senin (18/7/2022), sampai saat ini belum menemukan titik terang karena masih dalam proses investigasi oleh pihak berwenang.

Tabarakan Truk BBM Pertamina berisi muatan tersebut diduga hilang kendali dan menabrak sejumlah pengendara motor dan mobil didepannya yang sedang berhenti dipersimpangan Jalan bersinyal sehingga akibatnya 10 orang meninggal dunia pada kejadian tersebut.

Simpang siur penyebab tabrakan tersebut ditanggapi beragam oleh masyarakat. Spektrum dugaan tentang penyebab dari tabrakan tersebut demikian luas, mulai dari kegagalan sistem pengereman pada truk BBM pertamina tersebut hingga pemasangan APILL (alat pemberi isyarat lalu-lintas)/ trafiic light yang dianggap kurang tepat pada geometri jalan menurun.

Pakar Transportasi dari Program Studi Sarjana Teknik Sipil Universitas Tarumanagara Prof. Ir. Leksmono Suryo Putranto, MT.,P.hD. IPM, sekaligus Ketua Dewan Pakar DPP. HIKATAMA, yang dihubungi melalui sambungan seluler, Jumat (22/08/2022) mengatakan penyebab kecelakaan di Jalan Raya alternatif Cibubur dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, mulai dari faktor geometrik jalan, penempatan perlengkapan keselamatan Jalan, faktor kendaraan serta manusia.

“Ada beberapa butir penting sebagai catatan awal terkait dengan peristiwa kecelakaan di Cibubur tersebut, di antaranya sebagai berikut :

1. Faktor Geometik Jalan
Pada lokasi kejadian itu jalannya menurun. Apakah desain geometrik jalan yang menurun itu telah memenuhi syarat tentang standar kemiringan jalan maksimal. Kalau sudah terpenuhi berati tidak ada persoalan ya dengan desain geometri Jalannya. Namun demikian kita tetap memperhatikan faktor resiko lainnya, karena ini jalan menurun ditambah lagi ada perpotongan dengan perempatan jalan yang sudah pasti ada titik konflik lalu lintas disana jadi yg juga perlu diperhatikan misalnya desain kecepatan rencana, jarak pandang, kepadatan lalu lintas dan lain sebagainya;

Baca Juga  Selain RSUD Banyumas, 17 rumah warga rusak terdampak gempa Tasikmalaya

2. Faktor kendaraan
Fakator ini juga sangat berpengaruh . Kelayakan kendaraan harusnya tidak menjadi persoalan sepanjang mekanisme dan sistim manajemen keselamatan internal berjalan dengan baik. Kendaraan barang seharusnya diuji setiap 6 bulan sekali oleh Pemerintah jadi seharusnya kendaraan yang tidak layak jalan tidak mungkin bisa lolos uji. Bagaimianapun cukup banyak ditemukan kasus kecelakaan angkutan barang karena kegagalan fungsi sistem pengereman.

3. Faktor Manusia
Dari semua indikasi faktor penyebab kecelakaan lalu-lintas, faktor manusia tercatat paling dominan. Hampir 80 % kecelakaan dikarenakan kelalaian manusia. Kelalaian akan mengakibatkan pelanggaran lalu lintas dan berujung pada kecelakaan. Belum semua pengemudi angkutan umum tergolong profesional karena cukup banyak yang tidak memiliki kompetensi yang cukup untuk memastikan bahwa dalam mengemudi yang bersangkutan mampu menjaga keselamatan dirinya, penumpangnya/ muatannya serta pengguna jalan yang lain.

4. Faktor Psikologis
Faktor Psikologis dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam mengambil tindakan. Orang yang mudah cemas misalnya memiliki sifat keragu raguan dan muncul rasa takut yang berlebihan. Nah, seharusnya ini menjadi perhatian khusus pada saat proses pendidikan berlalu lintas dan ujian SIM.

Sebuah penelitian awal saat ini sedang dilakukan oleh Bambang Hermanto dalam disertasinya di Program Doktor Teknik Sipil, Universitas Tarumanagar. Yang bersangkutan akan mengelompokan pengemudi menjadi 3 kategori melalui cluster analysis model menjadi:

1. Pengemudi berkeselamatan (kelompok hijau)
2. Pengemudi kurang berkeselamatan (kelompok kuning)
3. Pengemudu tidak berkeselamatan (kelompok merah)

Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui dan memberikan informasi awal terkait perilaku pengemudi serta upaya untuk memitigasi persoalan sehingga pihak – pihak terkait dapat membuat formula khusus bagaimana melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pengemudi tersebut.
Prof Leksmono melanjutakan dari semua peristiwa penyebab kecelakaan Lalu Lintas Jalan yang terpenting adalah bagaimana upaya pemangku kepentingan bidang LLLAJ itu dapat mendeteksi lebih dini faktor risiko baik dari sisi teknis dan non-teknis karena ini sangat penting ada aspek pencegahan.

Baca Juga  BOS Dan BOP Per Akun Diduga KPA SDN Pondok Kopi 02 Tidak Paham

“Upaya awal yang harus dilakukan untuk mencegah kecelakaan adalah dengan meminimalkan sedini mungkin faktor resiko dan bahaya terhadap sebuah desain dari suatu sistim dan objek yang akan digunakan. Tidak ada toleransi dalam masalah keselamatan” tutup Prof. Leksmono.(BD)

4.7/5 - (3 votes)

Eksplorasi konten lain dari Berita Informasi Terupdate, Teraktual dan Terkini Indonesia

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Eksplorasi konten lain dari Berita Informasi Terupdate, Teraktual dan Terkini Indonesia

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca