POLITISI REBAHAN


POLITISI REBAHAN

Oleh Agung Marsudi

“Dalam kondisi serba sulit saat ini, kamu ditantang untuk bisa menjawab siapa, di mana dan mau kemana dirimu? Bertahanlah!” begitu quote Ary Ginanjar Agustian, ESQ pagi.

Ini bisa menjadi jawaban atas apa yang kita inginkan, bukan hanya “rebahan”. Sebab Milenial dan Generasi Z sering dijuluki sebagai “kaum rebahan”.

Di rumah, nyaman rebahan, dengan headset, “Di sini senang, di sana senang”. Sementara di luar jendela, terdengar seruan, “sobat millennial tahu gak sudah berapa juta jam yang dihabisin buat “rebahan aja”?

Bla, bla, bla!

Lalu bagaimana pula dengan “politisi rebahan”. Di Senayan juga biasa rebahan. Menikmati tanpa berbagi. Berkuasa, tanpa sisa. Studi banding ke luar negeri, manja-manja untuk diri sendiri, berkelindan kenyamanan dan tehnologi.

Tak mungkin minum bir lalu mengigau tentang era baru Indonesia. Pundi-pundi kaum politisi rebahan adalah politik manjakani, maharani. Menikmati layanan, memang enak dengan rebahan, apalagi di ibukota negara, bernama Nusantara.

Kaum Rebahan, perlu perubahan. Politisi Rebahan butuh pengesahan Undang-Undang untuk pindah kos-kosan.

Hitam putih negara selalu ada yang ngatur.

Orang-orang pindah ke kota untuk mencari penghidupan, itu biasa. Tapi ini yang pindah malah ibukotanya. Meninggalkan rakyat yang selama ini memilih, dan mencintainya.

2024 sudah dekat, ingat rakyat!

Ribuan politisi rebahan, mungkin hanya merasa singgah untuk memberi luka, namun yakinlah masih ada yang sempat menyisakan tawa, untuk Jakarta.

Duri, 21 Januari 2022

3.8/5 - (6 votes)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Eksplorasi konten lain dari Berita Informasi Terupdate, Teraktual dan Terkini Indonesia

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca