KOTO GASIB,Mandiripos.com-Mahasiswa kedokteran dari Universitas Riau, Rabu (3/5), memberikan penyuluhan optimalisasi peran, Pengawas Menelan Obat (PMO) dalam pencegahan TB (Tubercolosis) putus obat, kepada masyarakat, kader PMO dan tenaga kesehatan di aula kantor Camat Koto Gasib.
Penyuluhan dari dokter muda itu, dalam rangka bertujuan untuk menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan dan menurunkan tingkat penularan. Mereka adalah adalah mahasiswa kedokteran yang sudah menyelesaikan jenjang sarjana atau untuk mendapat gelar dokter (Koas).
Sekitar 12 dokter muda tersebut, memberikan informasi tentang pengawasan dan dukungan dalam mengobati pasien TB. Pengawasan secara ketat oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO) merupakan hal yang penting untuk menjamin keteraturan dan kepatuhan pengobatan.
Dijelaskan oleh salah seorang dokter muda, bahwa petugas kesehatan harus memastikan setiap pasien TB didampingi oleh seorang PMO. Pengawasan kepada pasien TB dilakukan dalam jangka panjang minimal enam bulan, supaya pasien berobat secara teratur dan menelan obat sesuai dengan dosis dan jenis obat yang diberikan sampai selesei pengobatan.
PMO harus segera membawa pasien TB ke fasilitas pelayanan kesehatan jika pasien mengalami efek samping obat di awal pengobatan yang bisa saja terjadi sehingga dapat mencegah efek samping yang berlanjut dan pasien tidak menghentikan pengobatannya.
Terkait hal itu Sekretaris Kecamatan Koto Gasib Mukhtasar menyambut baik kegiatan yang ditaja oleh dokter muda dari Fakultas Kedokteran Universitas Riau tersebut. Ia menyampaikan kegiatan dalam rangka pencegahan dan sekaligus pengawasan minum obat penyakit TB, di Koto Gasib sudah dilakukan, bahkan tim kesehatan dari Puskesmas langsung mendatangi pasien TB kerumahnya.
Mukhtasar mewakili Camat Koto Gasib, menghimbau masyarakat untuk melaksanakan pola hidup bersih dan sehat. Kemudian, pihak keluarga diharapkan bukan hanya berperan dalam pengawasan minum obat penderita saja, tetapi juga berperan dalam mengajarkan hidup sehat.
Karena menurut Mukhtasar, keluarga yang merupakan elemen masyarakat mempunyai peranan penting dalam penanggulangannya. Dukungan lingkungan sosial dan keluarga diharapkan mampu meningkatkan temuan kasus dan membantu kesembuhan penderita dalam pengobatan.
Senada hal itu, kepala UPTD Puskemas Koto Gasib Lili Faujiah, pihaknya jauh-jauh hari membentuk Poskader TB di setiap kampung. Salah satunya sudah terbentuk di Kampung Pangkalan Pisang, artinya dari setiap kader bertugas mencari kasus-kasus baru, sehingga penularan dari TB itu bisa diminimalisir. Pihaknya gencar melakukan TOSS TB (temukan, obati sampai sembuh TB).
Sampai sejauh ini, Puskesmas Koto Gasib menangani 5 pasien kasus TB, sementara kita telah membentuk kader PMO yang merupakan keluarga pasien. Sehingga bisa memantau dan mengawasi penderita TB dalam mengkomsumsi obatnya.
Diharapkan juga, PMO itu bukan hanya dari pihak keluarga pasien, tapi melibatkan semua lapisan masyarakat. sehingga bisa mewujudkan Koto Gasib bebas TB.
Lili berpesan, jika seseorang memiliki TB aktif, hal pertama yang perlu dicatat adalah menjaga kuman dari diri sendiri. Hal ini biasanya memakan waktu beberapa minggu pengobatan dengan obat sebelum tidak menular lagi.
Dijelaskannya, Tujuan PMO untuk memberikan motivasi kepada penderita dan memasastikan obat langsung ditelan oleh penderita, sehingga tidak terjadi putus obat yang akan menyebabkan resistensi obat. Selain itu, Penyakit TB dapat disembuhkan apabila mengikuti pengobatan Selama 6 bulan teratur, tanpa putus obat. (rls)
Eksplorasi konten lain dari Berita Informasi Terupdate, Teraktual dan Terkini Indonesia
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.