BAGAN BATU – Sebagai bentuk protes, akibat tingginya harga pupuk Herbisida dan Insektisida, Petani kelapa sawit Program PSR yang tergabung di koperasi HKP 2 melakukan musyawarah dengan Mitra yang diwakilih oleh PT.GMAP Indonesia Saudara Hendra P Siahaan.
Musyawarah tersebut dilaksanakan di kantor Koperasi HKP2 Jalan Lintas Sumatera km 8 Kepenghuluan Bahtera Makmur Kecamatan Bagan Sinembah. Musyawarah tersebut turut dihadiri pengurus dan Anggota Koperasi HKP2, PPL selaku Pendamping PSR Kab.Rokan Hilir, Ketua DPD Apkasindo Tommy, Mitra PSR PT GMAP Indonesia.
Informasi awal digelarnya musyarawarah itu, dikarenakan adanya isu-isu yang berkembang, simpang siur tentang kenaikan harga pupuk sebesar 165 persen atau selisih harga dari RAB dan harga saat ini mengalami tambahan nilai sebesar Rp 474.872.213 untuk 4 jenis pupuk dengan pemupukan sebanyak 2 kali perkapling dengan volume 0,75 kg/ batang.
Dari hasil Kesimpulan musyarawarah tersebut disepakati bahwa biaya tambahan tersebut dibebankan pada para petani dengan cara, hasil buah yang dijual oleh petani ke rekanan dipotong sebesar 700 ribu perbulan/ kapling dan bagi yang belum menghasilkan maka waktu akan diperpanjang hinggga selesai.
Pemotongan ini dilakukan selama 7 bulan hingga kontrak P3 selesai yang ditanggung oleh petani yang dibayarkan ke rekanan PSR CV.Graha Sarana Agrindo dan pemotongan itu akan dimulai pada bulan Februari 2022 nanti.
Ketua Koperasi HKP 2 Purwanto, menyebutkan bahwa lahan PSR dibawah naungan HKP2 saat ini yang dalam perawatan Tahap 4 (P3) sebanyak 195,183 Hektar dengan jumlah 99 petani pekebun yang mana selaku kontraktor perawatan PSR ini adalah PT.GMAP Indonesia dan supaly pupuk yakni CV Graha Agrindo.
” Alhamdulillah musyawarah ini telah menghasilkan kesepakatan bersama dan anggota/petani bersedia menyetorkan tambahan biaya pupuk tersebut setiap bulannya, melalui perugas atau pengawas kelompok tani yg ditunjuk oleh pengurus Koperasi HKP2 di mana musyawarah ini sangat menentukan kelanjutan program PSR dan juga untuk menghindari isu- isu yang miring terhadap pelaksanaan PSR selanjutnya,” Ungkap Purwanto.
Yulizar Arli seorang Petani Sawit PSR mengeluhkan mahalnya harga pupuk Herbisida dan Insektisida akibatnya selama dua tahun ini Ia tidak menikmati hasil kebun sawit program PSR karena adanya rencana rapat-rapat sebelumnya pemotongan akan diambil semua dari hasil buah panen oleh rekanan untuk menutupi biaya kenaikan harga pupuk.
Rencana ini mendapatkan tentangan keras oleh salah satu petani bernama Juono dengan mengatakan “bahwa petani tidak mau lagi dibebankan lagi tambahan hutang, karena merasa petani berhak mendapatkan hasil sawitnya dan berpesan agar mitra memenuhi kewajiban tanpa harus mengurangi porsi pupuknya”, ujarnya.
” Petani sangat menjerit dengan adanya kenaikan harga pupuk ini dan kami berharap pemerintah dapat membantu petani sawit,” Harap Nirwan dengan rasa kecewa. (Ind)
Eksplorasi konten lain dari Berita Informasi Terupdate, Teraktual dan Terkini Indonesia
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.