BENGKALIS – Bangga dan senang itu lah perasaan yang diarasakan Salwa Atsila Humaira, pelajar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Bengkalis, saat dirinya terpilih sebagai delegasi pada ajang Asia World Model United Nations (AWMUN) yang digelar di Denpasar Bali, baru-baru ini.
Mau tahu bagaiman perjalanan putri dari pasangan H Riza Pahlefi Tohir dan Hj Hera Tri Wahyuni, bisa mengikuti ajang simulasi dari sebuah konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dihadiri pemimpin muda dari berbagai negara sebagai delegasi untuk membahas permasalahan-permasalahan negara.
Begini ceritanya. Awalnya, ketika Salwa Atsila Humaira melihat iklan mengenai program AWMUN, sama sekali tidak tertarik. Namun iklan tersebut terus muncul, akhirnya Awa (panggilan akrab) mulai tertarik dan berusaha mencari (search) apa sebenarnya MUN.
Setelah search, ternyata MUN itu merupakan sebuah simulasi yang diselenggarkan oleh Perserikatan Bangsa-Banga. Setelah membaca lebih dalam apa itu MUN, lantas Awa mulai tertarik dan coba buat daftar.
“Sebenarnya, sepintas soal (pertanyaan) tu kelihatan gampang. Tapi Awa mau nunjukin yang terbaik, maka jadi Awa berusaha bikin essai sebaik mungkin,” ungkap pelajar kelas 12 MAN 1 Bengkalis.
Saat mengikuti program AWMUN ini, Awa belum memberitahu kedua orang tuanya. Setelah beberapa hari setelah itu Awa dinyatakan lulus seleksi, dara berkaca mata ini menyampaikan berita itu kepada mama dan abah.
Setelah beberapa persyaratan yang harus dilakukan, akhirnya Awa jadi fixed delegate yang mewakili negara Armenia di World Food Programe (WFP). acara ini berskala international.
AWMUN adalah Para peserta yang ikut kegiatan AWMUN ini bukan sembarang orang. Karena pelaksana kegiatan betul-betul memilih siapa yang akan mereka kirim menjadi perwakilan dari Indonesia dalam simulasi sidang PBB ini.
AWMUN bertujuan untuk memfasilitasi para pemimpin muda (usia 17-25 tahun) dari berbagai tempat untuk memperluas jaringan mereka. Tujuannya, untuk menyediakan suatu landasan yang membagikan perspektif kepada peserta, khususnya tentang isu-isu dunia dan tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG) yang akan dibahas di setiap dewan atau komite.
Mengapa harus mewakili negara Armenia. Namanya saja simulasi, tentu setiap peserta seakan-akan menjadi delegasi atau mewakili sebuah negara. Khususnya mewakili negara saat sidang/rapat.
Negara ini ditentukan panitia melalui form saat mendaftar. Kenapa tidak mewakili Indonesia, karena peserta mewakili negara yang berbeda, dan tidak semua negara ada di council itu. Saat simulasi peserta menyuarakan masalah apa aja yang ada di negara itu sesuai dengan apa yang dibahas dalam sidang.
“Contohnya saya mewakili Armenia di Council World Food Program (WFP), disitu saya membicarakan masalah apa aja yang ada di negara Armenia dan solusi apa yang saya butuhkan, seakan armenia itu memang tempat asal saya,” ungkap Awa.
Apa saja kegiatan di Bali selama tiga hari. Diungkapkan Awa, diantara kegiatan yang dilakukan, selain simulasi rapat PBB, juga melakukan costal cleaning, yaitu gotong royong membersihkan pantai Mertasari Beach. Setelah itu wisata ke water blow Nusa Dua dan Uluwatu Temple. Malamnya Closing Ceremony dan Cultural Night.
Ditanya soal kesan selama mengikuti AWMUN. Diungkapkan mulai dari menambah ilmu tentang diplomasi, debat, speaking dan mempertemukan dengan banyak teman baru dan orang orang hebat.
“Saya jadi bisa tau masalah apa yang ada di dunia dan bagaimana organisasi sebesar PBB membahas masalah ini sampai mendapatkan draft resolution atau penyelesaiannya,” ungkap dara yang punya hobi traveling dan mencoba sesuatu yang baru.
Melalui kegiatan ini, harapan saya, semoga kegiatan ini bisa memotivasi orang orang terutama generasi muda. selagi ada kesempatan untuk berprestasi, jangan abaikan itu. selagi kita bisa, lakukan, jangan sampai kesempatan yang datang kepada kita diambil orang lain. (BD)
BENGKALIS – Bangga dan senang itu lah perasaan yang diarasakan Salwa Atsila Humaira, pelajar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Bengkalis, saat dirinya terpilih sebagai delegasi pada ajang Asia World Model United Nations (AWMUN) yang digelar di Denpasar Bali, baru-baru ini.
Mau tahu bagaiman perjalanan putri dari pasangan H Riza Pahlefi Tohir dan Hj Hera Tri Wahyuni, bisa mengikuti ajang simulasi dari sebuah konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dihadiri pemimpin muda dari berbagai negara sebagai delegasi untuk membahas permasalahan-permasalahan negara.
Begini ceritanya. Awalnya, ketika Salwa Atsila Humaira melihat iklan mengenai program AWMUN, sama sekali tidak tertarik. Namun iklan tersebut terus muncul, akhirnya Awa (panggilan akrab) mulai tertarik dan berusaha mencari (search) apa sebenarnya MUN.
Setelah search, ternyata MUN itu merupakan sebuah simulasi yang diselenggarkan oleh Perserikatan Bangsa-Banga. Setelah membaca lebih dalam apa itu MUN, lantas Awa mulai tertarik dan coba buat daftar.
“Sebenarnya, sepintas soal (pertanyaan) tu kelihatan gampang. Tapi Awa mau nunjukin yang terbaik, maka jadi Awa berusaha bikin essai sebaik mungkin,” ungkap pelajar kelas 12 MAN 1 Bengkalis.
Saat mengikuti program AWMUN ini, Awa belum memberitahu kedua orang tuanya. Setelah beberapa hari setelah itu Awa dinyatakan lulus seleksi, dara berkaca mata ini menyampaikan berita itu kepada mama dan abah.
Setelah beberapa persyaratan yang harus dilakukan, akhirnya Awa jadi fixed delegate yang mewakili negara Armenia di World Food Programe (WFP). acara ini berskala international.
AWMUN adalah Para peserta yang ikut kegiatan AWMUN ini bukan sembarang orang. Karena pelaksana kegiatan betul-betul memilih siapa yang akan mereka kirim menjadi perwakilan dari Indonesia dalam simulasi sidang PBB ini.
AWMUN bertujuan untuk memfasilitasi para pemimpin muda (usia 17-25 tahun) dari berbagai tempat untuk memperluas jaringan mereka. Tujuannya, untuk menyediakan suatu landasan yang membagikan perspektif kepada peserta, khususnya tentang isu-isu dunia dan tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG) yang akan dibahas di setiap dewan atau komite.
Mengapa harus mewakili negara Armenia. Namanya saja simulasi, tentu setiap peserta seakan-akan menjadi delegasi atau mewakili sebuah negara. Khususnya mewakili negara saat sidang/rapat.
Negara ini ditentukan panitia melalui form saat mendaftar. Kenapa tidak mewakili Indonesia, karena peserta mewakili negara yang berbeda, dan tidak semua negara ada di council itu. Saat simulasi peserta menyuarakan masalah apa aja yang ada di negara itu sesuai dengan apa yang dibahas dalam sidang.
“Contohnya saya mewakili Armenia di Council World Food Program (WFP), disitu saya membicarakan masalah apa aja yang ada di negara Armenia dan solusi apa yang saya butuhkan, seakan armenia itu memang tempat asal saya,” ungkap Awa.
Apa saja kegiatan di Bali selama tiga hari. Diungkapkan Awa, diantara kegiatan yang dilakukan, selain simulasi rapat PBB, juga melakukan costal cleaning, yaitu gotong royong membersihkan pantai Mertasari Beach. Setelah itu wisata ke water blow Nusa Dua dan Uluwatu Temple. Malamnya Closing Ceremony dan Cultural Night.
Ditanya soal kesan selama mengikuti AWMUN. Diungkapkan mulai dari menambah ilmu tentang diplomasi, debat, speaking dan mempertemukan dengan banyak teman baru dan orang orang hebat.
“Saya jadi bisa tau masalah apa yang ada di dunia dan bagaimana organisasi sebesar PBB membahas masalah ini sampai mendapatkan draft resolution atau penyelesaiannya,” ungkap dara yang punya hobi traveling dan mencoba sesuatu yang baru.
Melalui kegiatan ini, harapan saya, semoga kegiatan ini bisa memotivasi orang orang terutama generasi muda. selagi ada kesempatan untuk berprestasi, jangan abaikan itu. selagi kita bisa, lakukan, jangan sampai kesempatan yang datang kepada kita diambil orang lain. (BD)
Eksplorasi konten lain dari Berita Informasi Terupdate, Teraktual dan Terkini Indonesia
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.